expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 08 April 2016

Kisah Seorang Raja dan Anak Yatim


 Assalamualaikum wr.wb
Berawal dari kisah khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ketika Umar bin Abdul Aziz memerintahkan daerah Damaskus, keadaan masyarakat juga tentram dan sejahtera. Beliau berhasil mempraktekkan kesederhanaan dan kejujuran seorang pemimpin yang dicontohkan oleh pendahulunya, Umar bin Khatab. Di saat bekerja untuk kepentingan pribadi, beliau tidak menggunakan sarana negara. Tetapi, kala bekerja untuk kepentingan negara, beliau seringkali menggunakan sesuatu yang dimiliki dan dicintainya. Selama beliau memimpin, satu sen pun uang negara tidak pernah disalahgunakan.
Pertanyaannya masih adakah sekarang ini, tipe pemimpin yang seperti Umar bin Abdul Aziz ?. rasanya sulit sekali untuk mengatakan ada orang yang seperti itu. Kenyataannya tidak ada satu negarapun yang sekarang hidupnya makmur dan sejahtera. Kalaupun terlihat ada beberapa negara maju, itu pun kekayaannya hanya dikuasai segelintir orang. Pada hakekatnya, banyak masyarakat yang hidupnya terlantar karena tidak punya tempat tinggal dan pekerjaan. Jadi, keadilan mereka adalahkeadilan yang tidak merata.
Ada sebuah kisah menarik tentang orang-orang sufi. Kisah ini tentang seorang raja yang budiman dan baik hati dengan seorang anak kecil yang miskin dan tidak punya ayah. Nama raja yang budiman itu adalah Raja Mahmud.
Dikisahkan, Raja Mahmud dan tentaranya terpisah. Ketika sedang mengendarai kudanya kencang-kencang, dilihatnya seorang anak lelaki kecil berada ditepi sungai. Anak itu telah menebarkan jalanya ke sungai dan tampaknya sangat murung.  “Anakku,” kata Sang Raja, “kenapa kau murung ? Tak pernah kulihat orang semurung kau itu.”
Anak lelaki itu menjawab, “Hamba salah seorang dari tujuh bersaudara yang tidak berayah lagi. Kami hidup bersama ibu kami dalam kemelaratan dan tanpa bantuan siapapun. Hamba datang kemari setiap hari, memasang jala mencari ikan, agar ada yang dimakan setiap malam. Kalau hamba tidak menangkap seekor ikan pun pada siang hari, malamnya kami tak punya apa-apa”.
 “Anakku,” kata Sang Raja, “bolehkah aku membantumu?”Anak itu setuju, dan raja [pun melemparkan jala yang karena sentuhan kewibawaannya, menghasilkan seratus ikan. Betapa bahagianya anak lelaki itu. Dia bisa mebawa ikan banyak untuk diberikan kepada ibunyayang cemas menunggu di rumah. Sang Raja sendiri kemudian berlalu dari hadapan sang anak. Dia pergi mencari pasukannya kembali yang terpisah.
Apa yang bisa kita petik dari kisah diatas adalah bahwa seorang pemimpin hendaklah bisa mendengarkan suara rakyatnya. Raja Mahmud merasa dirinya adalah seorang penguasa, sementara anak lelaki itu adalah seorang rakyat. Raja itu mengetahui kalau rakyatnya sedang ditimpa kesusahan karena sulit mencari ikan. Raja turun tangan untuk membantu kesulitan anak itu. Berkat keikhlasan nya, akhirnya anak itu bisa terbebas dari kecemasan yang dialaminya.
Seorang pemimpin harus mendengarkan suara rakyatnya. Kalau perlu seorang Raja harus sering keluar malam untuk melihat kondisi rakyatnya, di saat mereka sedang terlelap tidur. Ketika menjadi seorang khalifah, Umar bin Khatab seringsekali keluar malam untuk melihat langsung keadaan yang terjadi di masyarakat. Hasilnya, kehidupan di zaman Umar bin Khatab sangat tentram dan sejahtera, karena setiap keluhan yang terjadi langsung diketahui oleh sang pemimpin.
Wassalamualaikum wr.wb