Assalamualaikum wr.wb
Berawal dari kisah khalifah Umar
bin Abdul Aziz. Ketika Umar bin Abdul Aziz memerintahkan daerah Damaskus,
keadaan masyarakat juga tentram dan sejahtera. Beliau berhasil mempraktekkan
kesederhanaan dan kejujuran seorang pemimpin yang dicontohkan oleh
pendahulunya, Umar bin Khatab. Di saat bekerja untuk kepentingan pribadi,
beliau tidak menggunakan sarana negara. Tetapi, kala bekerja untuk kepentingan
negara, beliau seringkali menggunakan sesuatu yang dimiliki dan dicintainya.
Selama beliau memimpin, satu sen pun uang negara tidak pernah disalahgunakan.
Pertanyaannya masih adakah
sekarang ini, tipe pemimpin yang seperti Umar bin Abdul Aziz ?.
rasanya sulit sekali untuk mengatakan ada orang yang seperti itu. Kenyataannya
tidak ada satu negarapun yang sekarang hidupnya makmur dan sejahtera. Kalaupun
terlihat ada beberapa negara maju, itu pun kekayaannya hanya dikuasai
segelintir orang. Pada hakekatnya, banyak masyarakat yang hidupnya terlantar
karena tidak punya tempat tinggal dan pekerjaan. Jadi, keadilan mereka
adalahkeadilan yang tidak merata.
Ada sebuah kisah menarik tentang
orang-orang sufi. Kisah ini tentang seorang raja yang budiman dan baik hati
dengan seorang anak kecil yang miskin dan tidak punya ayah. Nama raja yang
budiman itu adalah Raja Mahmud.
Dikisahkan, Raja Mahmud dan
tentaranya terpisah. Ketika sedang mengendarai kudanya kencang-kencang,
dilihatnya seorang anak lelaki kecil berada ditepi sungai. Anak itu telah
menebarkan jalanya ke sungai dan tampaknya sangat murung. “Anakku,”
kata Sang Raja, “kenapa kau murung ? Tak pernah kulihat orang semurung kau
itu.”
Anak lelaki itu menjawab, “Hamba
salah seorang dari tujuh bersaudara yang tidak berayah lagi. Kami hidup bersama
ibu kami dalam kemelaratan dan tanpa bantuan siapapun. Hamba datang kemari
setiap hari, memasang jala mencari ikan, agar ada yang dimakan setiap malam.
Kalau hamba tidak menangkap seekor ikan pun pada siang hari, malamnya kami tak
punya apa-apa”.
“Anakku,” kata Sang Raja, “bolehkah
aku membantumu?”Anak itu setuju, dan raja [pun melemparkan jala yang karena
sentuhan kewibawaannya, menghasilkan seratus ikan. Betapa bahagianya anak
lelaki itu. Dia bisa mebawa ikan banyak untuk diberikan kepada ibunyayang cemas
menunggu di rumah. Sang Raja sendiri kemudian berlalu dari hadapan sang anak.
Dia pergi mencari pasukannya kembali yang terpisah.
Apa yang bisa kita petik dari kisah
diatas adalah bahwa seorang pemimpin hendaklah bisa mendengarkan suara
rakyatnya. Raja Mahmud merasa dirinya adalah seorang penguasa, sementara anak
lelaki itu adalah seorang rakyat. Raja itu mengetahui kalau rakyatnya sedang
ditimpa kesusahan karena sulit mencari ikan. Raja turun tangan untuk membantu
kesulitan anak itu. Berkat keikhlasan nya, akhirnya anak itu bisa terbebas dari
kecemasan yang dialaminya.
Seorang pemimpin harus
mendengarkan suara rakyatnya. Kalau perlu seorang Raja harus sering keluar
malam untuk melihat kondisi rakyatnya, di saat mereka sedang terlelap tidur.
Ketika menjadi seorang khalifah, Umar bin Khatab seringsekali keluar malam
untuk melihat langsung keadaan yang terjadi di masyarakat. Hasilnya, kehidupan
di zaman Umar bin Khatab sangat tentram dan sejahtera, karena setiap keluhan
yang terjadi langsung diketahui oleh sang pemimpin.
Wassalamualaikum wr.wb